Halo, kali ini saya akan berbagi pengalaman bagaimana saya kerja di puskesmas. Seperti di cerita sebelumnya, saya adalah seorang dokter umum yang baru merasakan kelulusan dua tahun lalu. Saya sempat mengalami kebingungan akan kerja dimana setelah lulus. Kerja di Bandung-kah atau kembali ke Tempat kelahiran. Ternyata, orang tua menginginkan saya untuk kerja di Tempat kelahiran.
Oke, jadi saya akan kerja di Tempat kelahiran. Disini ada beberapa peluang pekerjaan. Pertama, daftar PTTD sehingga ditempatkan di Puskesmas. Kedua, bekerja jadi dokter kontrak di Rumah Sakit Daerah. Ketiga, bekerja sebagai dokter kontrak di Rumah Sakit swasta.
Ditengah kebingungan yang berkepanjangan, akhirnya saya memilih kerja sebagai dokter PPTD. Walaupun lama PTTD sekitar 3 tahun agar bisa keluar Surat Selesai Masa Bakti (SMB) dan ditempatkan di daerah terpencil, tapi tak apalah. Sekitar 3 bulan setelah mengirim CV, saya dipanggil oleh Dinas Kesehatan terkait lamaran saya sebagai dokter PTTD.
Akhirnya, saya ditempatkan di salah satu RSUD yang baru diresmikan, tetapi SK saya ditempatkan di Puskesmas. Perjalanan ditempuh kurang lebih sekitar 70 km dari rumah dengan jalan berbukit, berlekuk dan terkadang ada longsor jika hujan karena kanan-kiri jalan adalah pegunungan, jurang atau kebun teh. Terkadang saya naik kendaraan umum seperti bus kecil atau dengan membawa kendaraan sendiri.
RSUD yang baru diresmikan tersebut memiliki sumber daya yang sedikit terutama dokter umum. Total dokter umum ada lima. Satu dokter umum menjabat manajemen sehingga tidak bisa ikut dalam kegiatan fungsional. Dua dokter PNS dan dua dokter PTTD, termasuk saya salah satunya. Terdapat 4 poliklinik, satu IGD umum, satu IGD Kebidanan dan beberapa bangsal perawatan. Belum ada dokter spesialis.
Bayangkan saja, bagaimanakah kita membagi tugasnya? Bingung dengan pembaginnya, maka kita melakukan jaga IGD 3x24 jam sekaligus, agar bisa satu hari libur. Sisanya dua dokter jaga seluruh poliklinik dan memeriksa pasien di beberapa bangsal perawatan. Saya sudah biasa kerja seperti ini karena saat koas pun kita sudah dibiasakan kerja seperti itu. Dulu saat koas, masuk bangsal pukul 05.00 pagi-14.00. kemudian jika ada jaga bangsal atau IGD sampai besok subuh pukul 05.00. Lanjut koas lagi sampai pukul 14.00, baru deh bisa pulang ke Kosan. Sama saja kan dengan pengalaman koas kalian?
Kurang lebih saya kerja sekitar 6 bulan dengan kondisi seperti itu, sampai akhirnya ada penerimaan satu dokter sampai 6 bulan berikutnya. Baru setelah setahun saya bekerja, terdapat penerimaan beberapa dokter. Dari Unjani ada 2 orang, kakak kelas saya dua-duanya. Ada yang dari Maranatha, sebanyak dua orang, ternyata mereka asik juga diajak ngobrol. Dan ada yang dari UPH juga donk.
Banyak cerita asik saat mereka datang, sekitar 3 orang non-Muslim yaitu dari Maranatha dan UPH. Dokter disana sedikit, saking sedikitnya kita sampai mengatur jadwal sesuka kita karena dari bagian manajemen ada kelonggaran. Kita mengatur jadwal agar bisa libur lama sekitar 1-2 minggu. Oya, dari 10 dokter yang ada di RSUD, 3 orang diantaranya perempuan.
Setelah setahun saya kerja dengan sedikit dokter, dengan adanya penerimaan para dokter tersebut, saya diberikan pilihan oleh pihak manajemen. Saya diharuskan memilih antara tetap menjadi Dokter PTTD dan ditempatkan di PKM atau menjadi dokter kontrak di RSUD. Setelah berdiskusi dengan orangtua, dokter senior dan kasubag Dinkes, akhirnya saya memilih tetap menjadi PTTD. Saya akhirnya pindah ke PKM dan tetap menjadi dokter PTTD.
PKM terpencil itu juga memiliki manajemen baru sehingga tupoksi kerjanya masih belum optimal. Sebagai dokter Fungsional setiap harinya saya hanya melakukan pemeriksaan pasien dan belum memegang program apapun. Pasien disana masih sedikit, paling banyak bisa sampai 40 pasien tapi itu jarang sekali terjadi. Sekitar pukul 09.00 atau 10.00 pagi sudah bisa berleha-leha. Mungkin benar jika pernyataan bahwa kerja di PKM itu santai tetapi itu hanya berlangsung selama 4 bulan.
Terdapat beberapa foto yang saya ambil saat bera da di PKM terpencil. Btw, saya sangat menikmati masa-masa itu. Hiiihi.. dibanding saat ini..
Saya dipindahkan kembali ke PKM lain (saya sebut PKM kota) dengan jarak kurang lebih sekitar 20 km dari rumah orang tua saya. Disinilah saya benar-benar merasa bekerja di PKM. Selain sebagai dokter fungsional yang diperebutkan antara di BP dan KIA. PKM kota ini mampu Poned. Alasan saya dipindahkan ke PKM ini adalah karena saya harus membantu PKM ini untuk menghadapi Akreditasi sekitar kurang dari dua bulan. Di PKM tersebut tidak ada dokter sehingga tidak ada ketua UKP.
Sebelumnya ada dokter dua orang, tetapi satu orang diangkat jadi kepala PKM di PKM tempat kerja mama saya dan satu lagi selesai PTTnya dan tidak diperpanjang. Rasanya sangat dongkol di hati, mana mungkin saya mampu untuk membantu Akreditasi dan langsung jadi ketua UKP. Lalu sekitar dua bulan setengah saya akan menikah dan persiapan belum rampung.
Saat itu, banyak sekali pergulatan yang membuat emosi saya naik turun sebenarnya. Mulai dari sistem kebut dan lembur untuk menyelesaikan bab 7, 8, dan 9 yang masih hancur lebur dan permasalahan manajemen yang tidak bisa saya ungkapkan disini karena satu dan lain hal serta persiapan pernikahan yang bikin pusing sehingga saat resepsi pernikahan, rasanya ‘FLAT’ karena tidak sesuai dengan keinginan saya. Depresi? Sudah jelas.
Bahasan mengenai Akreditasi, bisa dilihat di link : akreditasi
Tupoksi kerja sebagai dokter di PKM itu tidak hanya melalukan pemeriksaan dan memberikan terapi saja pada pasien tetapi lebih dari itu. Sebagian besar, Anda akan terlibat dalam manajemen PKM sebagai penanggungjawab suatu program PKM. Contohnya, saya sebagai ketua UKP dan pemegang program Keswa (kesehatan Jiwa).
Setiap senin-sabtu, saya masuk setiap hari pukul 08.00-14.00, setiap hari saya di BP atau KIA. Di PKM ini pasiennya banyak sekali, satu hari bisa sampai 100 pasien yang ingin memeriksakan diri ke BP, jika di total dengan KIA bisa sampai 200 pasien. Selain melakukan pemeriksaan di BP, dua hari di KIA, saya juga menerima konsulan dari KIA dan poned. Hp standby 24 jam, karena pasien Poned selalu ada terus disana, dalam sebulan ada sekitar 40-50 ibu yang melahirkan baik fisiologis maupun patologis.
Selain itu, setiap Selasa dan Kamis saya melakukan USG Obstetri. Awalnya saya shock dengan kerja yang seperti itu, apalagi dalam menghadapi akreditasi yang kerjaannya lembur terus sampai akhir. Hari-H akreditasi, akhirnya saya kena cacar dan tetap memaksakan diri untuk Masuk sampai akreditasi selesai.
Sebulan sekali saya meberikan “refreshing Ilmu” kepada para bidan, isinya mengenai materi-materi kasus yang sering terjadi di poned dan ponek. Terkadang saya juga ikut rapat di Kecamatan dan Dinas Kesehatan serta kegiatan-kegiatan luar lainnya seperti memberikan penyuluhan suatu penyakit. Hal lainnya adalah kita harus mengikuti lokakarya bulanan yang isinya berkaitan dengan program-program yang ada di PKM. All about Management.
Kerjaan sebagai ketua UKP itu banyak banget loh seperti salah satunya melakukan monitoring dan evaluasi indikator mutu peayanan klinis dan keselamatan pasien setiap bulan. Intinya melakukan hal-hal yang ada di bab 7, 8, dan 9 akreditasi. Kegiatan lainnya adalah melakukan pembenahan ruangan pelayanan medis. Sedangkan keswa, saya menulis laporan bulanan penderita penyakit kejiwaan dan sekali-kali melakukan visitasi ke rumah penderita jiwa. Terkadang mendatagi posbindu dan pustu. Jujur, saya jenuh dengan pekerjaan saya saat ini. Sampai saat ini, saya masih belum bisa menemukan cara agar tidak jenuh kerja di PKM.
Hal lain yang di garis bawahi adalah di PKM itu benyak kegiatan rapat karena kalau tidak rapat, tujuan PKM itu sendiri tidak akan tercapai. Mungkin bagi kalian yang suka dengan rapat, pembahasan program-program, penulisan berbagai laporan, mengatur strategi, memiliki kemampuan manajerial, kemampuan leadership sehingga mampu merangkul petugas agar mau bekerja, itu akan cocok sekali bekerja di PKM bahkan mungkin dinas kesehatan setempat.
Ada beberapa hal yang harus direnungkan sebelum mengambil kerja sebagai dokter PTT atau sebagai dokter PKM. Jika kalian memang sudah terlanjur bekerja di PKM atau menjadi dokter PTT di PKM. Pertama, yakinkan dalam diri bahwa yang namanya “pengabdian” itu harus banyak ikhlas dan bersabar, kan namanya juga pengabdian. Selain itu, kalian akan banyak bertemu orang-orang dengan berbagai macam karakter yang mungkin bisa membuat kalian lebih emosional.
Hal kedua, tanyakan pada diri sendiri apakah kalian menyukai kegiatan manajemen atau klinis. Ketiga, menentukan arah apa yang akan kalian lakukan dengan pilihan langkah kedua tadi. Jika kalian memang menyukai kegiatan manajemen, maka PKM merupakan lingkungan kerja yang sangat cocok. Apa salahnya untuk melanjutkan sekolah magister Manajemen seperti Manajemen Administrasi. Gapailah PNS dan bersiap untuk menjadi Kepala Puskesmas atau pindah ke bagian Manajemen RSUD. Tetapi jika jiwa kalian lebih menyukai klinis dan terlanjur masuk ke PKM, maka akan lebih baik jika kalian mengisi kegiatan yang mengasah keilmuan di bidang kedokteran