Tidur kok mendengkur? Jangan-jangn terkena Obstructive Sleep Apnea (OSA)

Saluran nafas pada manusia memiliki keunikan pada strukturnya karena memiliki banyak fungsi serbaguna seperti untuk berbicara, mengunyah makanan atau minuman, dan untuk saluran bernafas. Saluran nafas terdiri dari jaringan otot dan jaringan lunak yang sedikit ditopang oleh tulang...

Posted by Astri Lestari on April 01, 2018

Setelah beberapa bulan menikah, saya terkadang terganggu dengan dengkuran suami saat tertidur. Saya merupakan tipe orang yang mudah sekali terbangun dengan suara bising saat tertidur. Saya terganggu dengan dengkuran suami terutama saat dia tidur terlentang Karena jika miring dia tidak mendengkur. Kemudian, suatu malam, saya kaget dan terbangun karena suami saya tiba-tiba tersedak saat tidur. Selain itu, suami saya juga obesitas dan mempunyai tekanan darah yaitu 150/90 mmHg. Riwayat penyakit dahulu suami saya adalah anxietas disorders. Karena hal tersebut, saya mulai mencari-cari artikel tentang OSAS (obstructive sleep apnea syndrome), dimana dulu saya pernah belajar sedikit tentang itu.

Jadi, tulisan tentang OSA ini khusus saya tujukkan untuk suami saya tercinta sehingga isinya dituis dengan Bahasa sederhana agar doi ingin mengurangi berat badan dan memeriksakan diri ke dokter spesialis (FYI, dia itu takut ke doker, apalagi ke dokter gigi). Dia selalu bilang, “Aku tuh dari dulu selalu takut sama dokter”, Lah, isteri kamu kan dokter! Aneh memang suami saya itu.

Selain itu, tidak ada salahnya jika saya juga berbagi artikel ini dengan yang memiliki pasangan mendengkur saat tidur.

Sound level
Apakah ada yang mengalami ini?

Apakah snoring/mendengkur saat tidur itu bahaya?

Saluran nafas pada manusia memiliki keunikan pada strukturnya karena memiliki banyak fungsi serbaguna seperti untuk berbicara, mengunyah makanan atau minuman, dan untuk saluran bernafas. Saluran nafas terdiri dari jaringan otot dan jaringan lunak yang sedikit ditopang oleh tulang.

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, sebaiknya kita mengetahui dulu arti dari mendengkur. Saya mengambil kutipan dari sebuah jurnal HEXA yaitu,

“Snoring,a physical phenomenon caused by high-frequency vibrations of the soft palate, pharyngeal walls, the tongue and the epiglottis partially blocking the upper airway, has been increasingly regarded as a pathophysiologic entity that poses risk for adverse health effects1

Mendengkur dapat terjadi saat menarik napas ataupun saat mengeluarkan napas. Mendengkur bagi kebanyakan orang dianggap sebagai hal biasa dan tidak berbahaya. Jika mendengkur tidak disertai gejala lain dan tidak ada faktor risiko untuk OSA, maka mendengkur tidak perlu dikhawatirkan. Cukup dengan mengurangi berat badan, merubah posisi tidur untuk mengurangi dengkuran dan atau melakukan beberapa tindakan bedah pada mulut.

Tetapi jika ada gejala lain dan adanya faktor risiko terutama darah tinggi dan obesitas, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih jauh. Misanya, berkonsultasi dengan dokter/dokter spesialis.

Jika ingin lebih mengetahui kondisi medisnya lebih dalam, keadaan mendengkur tersebut memiliki berbagai kemungkinan selain OSA yaitu, bisa jadi orang tersebut hanya mengidap simple snoring, gangguan bernapas saat tidur karena adanya kelaianan di bagian otak, dan penyebab lainnya seperti gangguan tidur, kelainanan irama biologis tubuh, kelainan saraf kronis yang menyebabkan gangguan tidur sepertu narcolepsy dan adanya periodic limb movement disorder (PLMS/PMLD) yaitu keadaan dimana seseorang akan menggerakkan kakinya setiap 20-40 detik saat tidur karena jika tidak digerakkan pasien tidak akan merasa nyaman.

Apa itu OSA?

“Obstructive sleep apnea (OSA) is a common disorder characterized by repetitive narrowing or collapse of the pharyngeal airway during sleep.”

“Although non-obese individuals may suffer from OSA, obesity is the main epidemiologic risk factor. Indeed, increases in body mass index, central accumulation of adipose tissue, and neck circumference are strong predictors of disease.”

Dari kalimat kutipan jurnal NCBI diatas sudah jelas bahwa, apa yang dapat menyebabkan penyempitan pada jalan nafas terutama pada faring adalah karena adanya faktor risikonya yaitu obesitas. Disebutkan bahwa obesitas merupakan faktor risiko utama. Jika Index mass body menunjukkan obesitas otomatis akan terjadi akumulasi jaringan lemak sentral. Selain itu, jaringan lemak pun akan terakumulasi pada leher sehingga lingkar leher membesar dan mempersmpit jalan nafas. Dalam artikel dari New England Medicine Journal disebutkan bahwa dalam pendekatan diagnosis ke arah OSA dilakukan pengukuran lingkar leher dan tes-tes penunjang lain seperti polysomnoghrafi, sleep test dsorders atau monitoring breathing disturbances. Disebutkan gangguan yang terjadi pada OSA biasanya berhubungan dengan rasa ngantuk di siang hari yang berlebihan dan meningkatknya risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

air flow
Perjalanan udara memasuki jalan napas
air flow 2
Perjalanan udara memasuki jalan napas

Apa saja faktor risiko seseorang dapat terkena OSA?

Dibawah ini terdapat faktor resiko yang sangat mempengaruhi terjadinya OSA yang saya kutip dari jurnal NCBI, yaitu Gender. Berdasarkan penelitian, bahwa laki-laki memiliki risiko tiga kali lebih besar dibanding perempuan untuk terkena OSA.2 Penelitian menjelaskan bahwa pada laki-laki lebih banyak deposit jaringan lemak pada faring dibandingkan dengan wanita. Selain itu, ukuran faring pada laki-laki lebih panjang dibanding wanita.

Selain faktor anatomi diatas, adanya hormon testosterone pada laki-laki berpengaruh terhadap terjadinya OSA.2 Suatu penelitian menjelaskan bahwa pemberian hormon testosteron pada pria hipogonad (hormon seksual yang sedikit pada tubuh) menunjukkan dapat menginduksi pernapasan yang tidak teratur (sleep-disordered breathing) pada beberapa pasien.

“Sex differences in arousal threshold and lung volume effects during sleep have not been systematically evaluated to our knowledge. However, it is conceivable that men who tend to store adipose tissue more centrally may have a greater susceptibility to lung volume–related changes in upper airway collapsibility via a loss of caudal traction compared with women.”

Intinya dari kutipan tersebut menyebutkan bahwa laki-laki memiliki kondisi biolgis dan anatomis,lebih besar untuk terkena OSA, ditambah adanya hormone seksual laki-laki (testosteron) dan jika ada obesitas maka laki-laki akan lebih mudah terjadi OSA dibandingkan dengan perempuan.

Obesitas. Sudah disebutkan sebelumnya, bahwa obesitas meupakan factor risiko utama pada OSA karena adanya akumulasi dan deposit jaringan lemak pada saluran nafas (faring). Selain itu, deposit jarigan lemak di sekitar perut membuat “functional residual capacity” (FRC) berkurang. Kurangnya kapasitas udara paru berhubungan dengan sedikitnya simpanan oksigen yang akan berdampak pada pernafasan. Untuk mengetahui kapasitas udara paru diperlukan pengukuran menggunakan alat spirometry.

obesitas centra osa
Hubungan obesitas sentral dengan OSA

Apa ciri-ciri orang terkena OSA?

“Excessive daytime sleepiness, snoring, respiratory pauses, restless sleep with multiple micro-awakenings, morning headache, neurocognitive deficits, personality changes, reduced libido, depression and anxiety are common symptoms of this disease, causing emotional, social, occupational and marital damage.”

Menurut jurnal ortodontik. Gejala yang disebutkan diatas lebih menunjukkan gejala yang terjadi akibat OSA. OSA memang menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam karena adanya penyempitan saluran nafas sehingga kualitas tidur terganggu dan berakibat terhadapa kualitas hidup. Lebih parahnya gejala OSA adalah adanya periode apnea (respiratory pauses) dan tersedak saat tidur. Tubuh biasanya melakukan kompensasi bila kadar oksigen rendah mencapai ambang tertentu yaitu dengan cara terbangun tiba-tiba.

Gejala lain yang mengarah ke arah OSA menurut new England medicine journal adalah mendengkur (snoring). Habitual snoring yaitu mendengkur yang terjadi lebih dari 3 malam dalam satu minggu bisa dikatakan sebagai tanda ke arah OSA.8,9 Mendengkur merupakan indikator penting untuk mengukur kualitas tidur dan sebagai tanda potensial dari gangguan tidur seperti OSA.

OSA dapat dicirikan jika seseorang terdapat obesitas, hipertensi, kebiasaan tidur mendengkur, dan ngantuk berlebihan. Pasien yang memiliki risiko tinggi OSA yaitu yang memiliki dua dari tiga kriteria yaitu, mendengkur, rasa kantuk berlebih pada siang hari, dan obesitas atau hipertensi. Kombinasi gelaja klinis seperti lingkar leher dan indeks masa tubuh, mendengkur, adanya kelainan bernafas saat malam hari, dan hipertensi dapat dipastikan akan memiliki kelainan pada “sleeps test”. Pendekatan berbagai kondisi tersebut memiliki sensitifitas lebih tinggi tetapi spesifisitas lebih rendah.

Lalu apa yang harus dilakukan jika kita merasa mengidap OSA?

Hal yang harus dilakukan adalah pertama, kita bertanya ke pasangan tidur seperti menanyakan kualitas mendengkur yaitu besar kecilnya suara yang ditimbulkan saat mendengkur. Kemudian, perhatikan frekuensi medengkur dalam satu minggu. Setelah itu, carilah faktor risiko yang ada dan gelaja ke arah OSA yang dirasakan. Jika terdapat mendengkur disertai dengan adanya faktor risiko segeralah konsultasi ke dokter/dokter spesialis. Biasanya dokter akan melakukan berbagai tes dan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis OSA tersebut.

Sumber gambar :